Kumpulan Puisi tentang Pahlawan Perjuangan dan Pahlawan Nasional

puisi tentang pahlawan
Gambar diambil dari tokopedia

Hari Pahlawan adalah momen untuk menghormati pengorbanan dan dedikasi para pahlawan yang berjuang melawan penjajah demi kebebasan bangsa Indonesia. Mengenang perjuangan mereka dalam puisi tentang Pahlawan adalah cara yang indah untuk memperingati mereka. Bukan hanya pada tanggal 10 November, namun juga saat Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Anda bisa menghadirkan puisi bertema pahlawan untuk mengenang mereka.

Puisi Tentang Pahlawan Pejuang Kemerdekaan

1. Sang Pejuang
Karya: Shavna Agitsni

Dengan tegap kau beranikan diri
Melangkah tuk mempertaruhkan diri
Bahkan kau siap mati
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
Geram
Sepertinya itu yang kau rasakan
Negeri ini telah lama tertikam
Dan kini kau akan menikam
Tak tahan untuk bungkam
Telah banyak darah yang mengalir
Seolah bagaikan sihir
Telah banyak goresan luka yang telah mereka ukir
Walau sudah tiada
Tapi namamu akan tetap ada
Walau kau sudah tidak ada di dunia
Jiwamu masih dalam sejarah bangsa

2. Gugur Pahlawan
Karya: Ilham Aziz

Bersimbah cipratan darah
Teriakan berkumandang dimana-mana
“Merdeka atau Mati!”
Begitulah teriakan dari bibir mereka
Kepulan asap beradu dengan tombak runcing
Para srikandi yang berdoa di sepertiga malam
Menunggu sang kekasih pulang membawa kemenangan
Sudah,
Sudah berjuta nama tertinggal di medan perang
Teriak para pejuang yang kehilangan teman
Teriak para prajurit melihat rekan mereka bahagia tanpa
merasakan pedihnya sakit
Sudah gugur pahlawanku
Diiringi sorak sorai kemenanganku
Gugur sudah pahlawanku
Hanya tinggal tombak dan nama yang terukir dalam lisanku

3. Prajurit Jaga Malam
Karya Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemui malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

4. Elegi 10 November
Karya Siti Isnatun M

Hari ini kami memandang
wajah-wajah pada bingkai yang terpajang
Menunduk membisikkan doa
dalam semat kenangan akan jasa

Separuh asa kami melayang
dalam bayang-bayang
akan masa yang telah silam

Darah yang telah mengalir
Keringat yang telah bergulir
bagai sebutir safir
dalam ruang yang temaram

Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan
Bukan!

Meski air mata membayangi kenangan
akan pengorbanan yang telah dipersembahkan

10 November ini
Bersama duka ini

Kami sematkan setangkup doa
Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus
untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus

5. Indonesiaku
Karya: Shavna Agitsni

Gejolak amarah tertanam dimana-mana
Seakan tak ingin hidup lagi di dunia
Darah berceceran dimana-mana
Jejak sang pejuang untuk Indonesia
Nenek moyang menjadi saksi bisu
Dari kelamnya masa lalu
Para penjajah tak segan untuk membombardir
Dengan senjata nuklir
Yang suaranya terdengar dari hulu sampai ke hilir
Merdeka! Merdeka!
Kata-kata itu bergema dimana-mana
Bambu runcing serta parang menjadi senjata
Kini saatnya Indonesia merdeka