- Udara kering: Selama musim kemarau, udara menjadi lebih kering karena kekurangan uap air. Udara kering memiliki kapasitas yang lebih rendah untuk menahan panas, sehingga suhu lebih cepat mendingin pada malam hari.
- Langit cerah: Cuaca yang cerah pada malam hari memungkinkan panas dari permukaan bumi untuk memancar langsung ke atmosfer tanpa hambatan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan suhu yang signifikan, terutama pada malam hingga dini hari.
- Angin tenang: Keadaan angin yang tenang atau berkecepatan rendah dapat menghambat percampuran udara di atmosfer. Hal ini menyebabkan udara dingin terperangkap di dekat permukaan bumi, meningkatkan kemungkinan terjadinya suhu dingin ekstrem.
- Topografi: Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara yang lebih rendah dan volume udara yang lebih sedikit. Kondisi ini membuat udara di daerah tersebut lebih rentan terhadap perubahan suhu drastis, terutama pada malam hari.
Kapan Terjadinya Fenomena Bediding
Fenomena bediding terasa kuat pada bulan Juli karena angin timuran atau monsun kering dari Australia mengalir melintasi wilayah-wilayah tersebut. Bulan ini juga merupakan puncak musim dingin di Australia, sehingga udara dingin dari sana dapat mencapai wilayah Jawa bagian selatan hingga Bali, NTT, dan NTB.
Pada musim kemarau, meskipun siang hari terjadi sinar Matahari yang tidak terhalang awan, udara dingin yang dibawa oleh monsun Australia dominan mempengaruhi penurunan suhu udara di siang hari.
Selain itu, pada bulan Juli, Bumi berada pada aphelion, yaitu titik terjauh dari Matahari dalam siklus gerak revolusinya. Meskipun demikian, posisi ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap fenomena cuaca yang terjadi di atmosfer dekat permukaan Bumi.
Itulah penjelasan lengkap mengenai fenomena bediding yang sedang melanda Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat ya!
Artikel disadur dari berbagai sumber
Leave a Reply