Tolak peluru merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang juga banyak diminati. Walaupun di Indonesia tidak terlalu populer, namun olahraga ini selalu dikompetisikan dalam pesta olahraga besar seperti Olimpiade dan Asian games.
Olahraga ini memang membutuhkan teknis khusus untuk melakukannya. Walaupun terlihat mudah, namun ternyata cukup sulit dan membutuhkan tenaga besar.
Pengertian Tolak Peluru
Adalah gerakan menolak atau mendorong peluru besi menggunakan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Peluru yang digunakan terbuat dari logam besi berbentuk bola.
Gerakannya dilakukan dari kaki, bahu, dan pergelangan tangan. Tolak peluru dilakukan dengan cara menolak atau mendorong, tetapi tidak boleh dilempar. Sehingga sangat dibutuhkan teknik khusus dalam memainkannya.
Berat peluru untuk kelas senior adalah 7,257 kilogram (putra) dan 4 kilogram (putri). Sementara itu, berat peluru untuk kelas junior adalah 5 kilogram (putra) dan 3 kilogram (putri).
Sejarah Tolak Peluru
Awalnya olahraga ini populer di kalangan pria Inggris dan Britania untuk menguji kekuatan pria. Peluru yang digunakan masih berupa batu dan bukan bola besi seperti sekarang.
Pada tahun 1866, olahraga tolak peluru mulai diperlombakan dalam kejuaraan amatir. Kemudian pada tahun 1896, mulai dimasukkan dalam ajang perlombaan dengan skala besar, yaitu Olimpiade Athena, Yunani.
Kemajuan olahraga tolak peluru semakin berkembang di tahun 1950 saat Parry O’Brien memulai tolakannya dengan menghadap bagian belakang ring, yang kemudian dikenal dengan metode O’Brien atau teknik meluncur.
Dengan semakin berkembangnya olahraga ini, teknik baru pun bermunculan dan semakin populer. Salah satunya adalah teknik berputar yang menggunakan lemparan cakram melintasi ring tolak peluru.
Jenis Gaya Tolak Peluru
1. Gaya Belakang / O’Brien
Leave a Reply