Mungkin sebagian besar dari Anda masih belum familiar dengan tarian tradisional ini, yaitu tari rangkuk alu. Tarian ini berasal dari daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Walaupun namanya mungkin tidak familiar, namun pasti Anda sudah pernah melihat tarian ini.
Di dalam permainan itu, batang-batang bambu diatur dalam susunan kotak di permukaan tanah. Sebagian pemain menggerakkan batang bambu dengan irama yang berkesinambungan, sedangkan yang lain menari dengan pola yang rumit. Sangat diperlukan keterampilan, keseimbangan, dan koordinasi yang baik agar terhindar dari tabrakan dengan bambu tersebut.
Pada saat panen raya, permainan ini sering dimainkan dan menjadi bagian integral dari budaya serta tradisi masyarakat Manggarai Timur. Melalui permainan dan tarian ini, masyarakat Manggarai Timur mengekspresikan rasa syukur, kebersamaan, dan kecintaan mereka terhadap warisan budaya yang mereka anut.
Permainan Rangkuk Alu tidak hanya menyajikan hiburan atau mempertahankan tradisi, melainkan juga menjadi warisan budaya yang kaya akan makna serta nilai-nilai kehidupan.
Sejarah Tari Rangkuk Alu
Rangkuk Alu, merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Manggarai, yaitu “rangkuk” dan “alu”. Alu sendiri adalah sebatang kayu dengan panjang sekitar 2 meter yang digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi. Sedangkan kata “rangkuk” merujuk pada suara atau irama yang dihasilkan saat dua alu saling bertemu, menciptakan harmoni bunyi dengan nada dan tempo tertentu.
Biasanya, permainan Rangkuk Alu dimainkan pada malam hari, di halaman kampung saat bulan purnama bersinar. Masyarakat Manggarai Timur, khususnya para pemuda dan pemudi, memainkannya sebagai bagian dari perayaan panen raya.
Dalam permainan ini, terdapat dua jenis alu yang digunakan, yaitu alu alas yang diletakkan di atas tanah dan alu penjepit. Bunyi tercipta dari benturan antara kedua jenis alu ini, yang kemudian menjadi inspirasi nama “Rangkuk Alu”.
Leave a Reply